Qayyimal liyunżira ba'san syadīdam mil ladunhu wa yubasysyiral-mu'minīnal-lażīna ya‘malūnaṣ-ṣāliḥāti anna lahum ajran ḥasanā(n).
(Dia
menjadikannya kitab) yang lurus agar Dia memberi peringatan akan siksa
yang sangat pedih dari sisi-Nya dan memberi kabar gembira kepada
orang-orang mukmin yang mengerjakan kebajikan bahwa mereka akan mendapat
balasan yang baik.
Mā lahum bihī min ‘ilmiw wa lā li'ābā'ihim, kaburat kalimatan takhruju min afwāhihim, iy yaqūlūna illā każibā(n).
Mereka
sama sekali tidak mempunyai pengetahuan tentang (hal) itu, begitu pula
nenek moyang mereka. Alangkah besar (dosa) perkataan yang keluar dari
mulut mereka. Mereka hanya mengatakan (sesuatu) kebohongan belaka.
Fa la‘allaka bākhi‘un nafsaka ‘alā āṡārihim illam yu'minū bihāżal-ḥadīṡi asafā(n).
Maka,
boleh jadi engkau (Nabi Muhammad) akan mencelakakan dirimu karena
bersedih hati setelah mereka berpaling sekiranya mereka tidak beriman
kepada keterangan ini (Al-Qur’an).
Sesungguhnya
Kami telah menjadikan apa yang ada di atas bumi sebagai perhiasan
baginya agar Kami menguji mereka siapakah di antaranya yang lebih baik
perbuatannya.
Am ḥasibta anna aṣḥābal-kahfi war-raqīmi kānū min āyātinā ‘ajabā(n).
Apakah engkau mengira bahwa sesungguhnya para penghuni gua dan (yang mempunyai) raqīm443) benar-benar merupakan keajaiban di antara tanda-tanda (kebesaran) Kami?
Catatan Kaki
443) Sebagian mufasir memahami raqīm sebagai nama anjing dan sebagian yang lain menafsirkannya sebagai batu prasasti berisi catatan tentang agama tauhid atau nama-nama mereka.
Iż awal-fityatu ilal-kahfi fa qālū rabbanā ātinā mil ladunka raḥmataw wa hayyi' lanā min amrinā rasyadā(n).
(Ingatlah)
ketika pemuda-pemuda itu berlindung ke dalam gua lalu berdoa, “Ya Tuhan
kami, anugerahkanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu dan mudahkanlah
bagi kami petunjuk untuk segala urusan kami.”
Maka, Kami tutup telinga mereka di dalam gua itu444) selama bertahun-tahun.
Catatan Kaki
444) Allah Swt. menidurkan mereka selama 309 tahun qamariah dalam gua itu (lihat ayat 25 surah ini) sehingga mereka tidak dapat dibangunkan oleh suara apa pun.
Kemudian Kami bangunkan mereka supaya Kami mengetahui manakah di antara dua golongan itu445) yang lebih tepat dalam menghitung berapa lama mereka tinggal (dalam gua itu).
Catatan Kaki
445) Dua golongan itu ialah pemuda-pemuda itu sendiri yang berselisih tentang berapa lama mereka tinggal dalam gua itu.
Kami
menceritakan kepadamu (Nabi Muhammad) kisah mereka dengan sebenarnya.
Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan
mereka dan Kami menambahkan petunjuk kepada mereka.
Wa
rabaṭnā ‘alā qulūbihim iż qāmū fa qālū rabbunā rabbus-samāwāti wal-arḍi
lan nad‘uwa min dūnihī ilāhal laqad qulnā iżan syaṭaṭā(n).
Kami meneguhkan hati mereka ketika mereka berdiri446)
lalu berkata, “Tuhan kami adalah Tuhan langit dan bumi. Kami tidak akan
menyeru Tuhan selain Dia. Sungguh, kalau kami berbuat demikian, kami
telah mengucapkan perkataan yang sangat jauh dari kebenaran.”
Catatan Kaki
446) Bangun dan menghadap Raja Dikyanus yang zalim dan sombong.
Hā'ulā'i
qaumunattakhażū min dūnihī ālihah(tan), lau lā ya'tūna ‘alaihim
bisulṭānim bayyin(in), faman aẓlamu mimmaniftarā ‘alallāhi każibā(n).
(Salah
seorang dari para pemuda itu berkata kepada yang lain,) “Mereka itu
kaum kami yang telah menjadikan tuhan-tuhan (untuk disembah) selain Dia.
Mengapa mereka tidak mengemukakan alasan yang jelas (tentang
kepercayaan mereka)? Maka, siapakah yang lebih zalim daripada orang yang
mengada-adakan kebohongan terhadap Allah?
Wa
iżi‘tazaltumūhum wa mā ya‘budūna illallāha fa'wū ilal-kahfi yansyur
lakum rabbukum mir raḥmatihī wa yuhayyi' lakum min amrikum mirfaqā(n).
Karena
kamu juga telah meninggalkan mereka dan apa yang mereka sembah selain
Allah, maka berlindunglah ke dalam gua itu. (Dengan demikian,) niscaya
Tuhanmu akan melimpahkan sebagian rahmat-Nya kepadamu dan menyediakan
bagimu sesuatu yang berguna bagi urusanmu.”447)
Catatan Kaki
447) Perkataan ini terjadi antara mereka itu sendiri yang timbulnya karena ilham dari Allah Swt.
Wa
tarasy-syamsa iżā ṭala‘at tazāwaru ‘an kahfihim żātal-yamīni wa iżā
garabat taqriḍuhum żātasy-syimāli wa hum fī fajwatim minh(u), żālika min
āyātillāh(i), may yahdillāhu fa huwal-muhtadi wa may yuḍlil falan
tajida lahū waliyyam mursyidā(n).
Engkau
akan melihat matahari yang ketika terbit condong ke sebelah kanan dari
gua mereka dan yang ketika terbenam menjauhi mereka ke sebelah kiri,
sedang mereka berada di tempat yang luas di dalamnya (gua itu). Itu
adalah sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Allah. Siapa yang Allah
memberinya petunjuk, dialah yang mendapat petunjuk. Siapa yang Dia
sesatkan, engkau tidak akan menemukan seorang penolong pun yang dapat
memberinya petunjuk.
Wa
taḥsabuhum aiqāẓaw wa hum ruqūd(un), wa nuqallibuhum żātal-yamīni wa
żātasy-syimāl(i), wa kalbuhum bāsiṭun żirā‘aihi bil-waṣīd(i),
lawiṭṭala‘ta ‘alaihim lawallaita minhum firāraw wa lamuli'ta minhum
ru‘bā(n).
Engkau
mengira mereka terjaga, padahal mereka tidur. Kami membolak-balikkan
mereka ke kanan dan ke kiri, sedangkan anjing mereka membentangkan kedua
kaki depannya di muka pintu gua. Seandainya menyaksikan mereka, tentu
engkau akan berpaling melarikan (diri) dari mereka dan pasti akan
dipenuhi rasa takut terhadap mereka.
Wa
każālika ba‘aṡnāhum liyatasā'alū bainahum, qāla qā'ilum minhum kam
labiṡtum, qālū labiṡnā yauman au ba‘ḍa yaum(in), qālū rabbukum a‘lamu
bimā labiṡtum, fab‘aṡū aḥadakum biwariqikum hāżihī ilal-madīnati
falyanẓur ayyuhā azkā ṭa‘āman falya'tikum birizqim minhu walyatalaṭṭaf
wa lā yusy‘iranna bikum aḥadā(n).
Demikianlah,
Kami membangunkan mereka agar saling bertanya di antara mereka
(sendiri). Salah seorang di antara mereka berkata, “Sudah berapa lama
kamu berada (di sini)?” Mereka menjawab, “Kita berada (di sini) sehari
atau setengah hari.” Mereka (yang lain lagi) berkata, “Tuhanmu lebih
mengetahui berapa lama kamu berada (di sini). Maka, utuslah salah
seorang di antara kamu pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini.
Hendaklah dia melihat manakah makanan yang lebih baik, lalu membawa
sebagian makanan itu untukmu. Hendaklah pula dia berlaku lemah lembut
dan jangan sekali-kali memberitahukan keadaanmu kepada siapa pun.
Innahum iy yaẓharū ‘alaikum yarjumūkum au yu‘īdūkum fī millatihim wa lan tufliḥū iżan abadā(n).
Sesungguhnya
jika mereka (mengetahui dan) menangkapmu, niscaya mereka akan
melemparimu dengan batu atau memaksamu kembali kepada agama mereka. Jika
demikian, niscaya kamu tidak akan beruntung selama-lamanya.”
Wa
każālika a‘ṡarnā ‘alaihim liya‘lamū anna wa‘dallāhi ḥaqquw wa
annas-sā‘ata lā raiba fīhā, iż yatanāza‘ūna bainahum amrahum fa qālubnū
‘alaihim bun-yānā(n), rabbuhum a‘lamu bihim, qālal-lażīna galabū ‘alā
amrihim lanattakhiżanna ‘alaihim masjidā(n).
Demikian
(pula) Kami perlihatkan (penduduk negeri) kepada mereka agar mengetahui
bahwa janji Allah benar dan bahwa (kedatangan) hari Kiamat tidak ada
keraguan padanya. (Hal itu terjadi) ketika mereka (penduduk negeri)
berselisih tentang urusan (penghuni gua). Kemudian mereka berkata,
“Dirikanlah sebuah bangunan di atas (gua itu). Tuhannya lebih mengetahui
(keadaan) mereka (penghuni gua).” Orang-orang yang berkuasa atas urusan
mereka berkata, “Kami pasti akan mendirikan sebuah masjid di atasnya.”
Sayaqūlūna
ṡalāṡatur rābi‘uhum kalbuhum, wa yaqūlūna khamsatun sādisuhum kalbuhum
rajmam bil-gaib(i), wa yaqūlūna sab‘atuw wa ṡāminuhum kalbuhum, qur
rabbī a‘lamu bi‘iddatihim mā ya‘lamuhum illā qalīl(un), falā tumāri
fīhim illā mirā'an ẓāhirā(n), wa lā tastafti fīhim minhum aḥadā(n).
Kelak
(sebagian orang) mengatakan, “(Jumlah mereka) tiga (orang). Yang
keempat adalah anjingnya.” (Sebagian lain) mengatakan, “(Jumlah mereka)
lima (orang). Yang keenam adalah anjingnya,” sebagai terkaan terhadap
yang gaib. (Sebagian lain lagi) mengatakan, “(Jumlah mereka) tujuh
(orang). Yang kedelapan adalah anjingnya.” Katakanlah (Nabi Muhammad),
“Tuhanku lebih mengetahui jumlah mereka. Tidak ada yang mengetahui
(jumlah) mereka kecuali sedikit.” Oleh karena itu, janganlah engkau
(Nabi Muhammad) berbantah tentang hal mereka, kecuali perbantahan yang
jelas-jelas saja (ringan). Janganlah engkau minta penjelasan tentang
mereka (penghuni gua itu) kepada siapa pun dari mereka (Ahlulkitab).
Illā ay yasyā'allāh(u), ważkur rabbaka iżā nasīta wa qul ‘asā ay yahdiyani rabbī li'aqraba min hāżā rasyadā(n).
kecuali
(dengan mengatakan), “Insyaallah.” Ingatlah kepada Tuhanmu apabila
engkau lupa dan katakanlah, “Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku
petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya daripada ini.”
Qulillāhu
a‘lamu bimā labiṡū, lahū gaibus-samāwāti wal-arḍ(i), abṣir bihī wa
asmi‘, mā lahum min dūnihī miw waliyy(in), wa lā yusyriku fī ḥukmihī
aḥadā(n).
Katakanlah,
“Allah lebih mengetahui berapa lamanya mereka tinggal (di gua).
Milik-Nya semua yang tersembunyi di langit dan di bumi. Alangkah terang
penglihatan-Nya dan alangkah tajam pendengaran-Nya. Tidak ada seorang
pelindung pun bagi mereka selain Dia dan Dia tidak mengambil seorang pun
menjadi sekutu-Nya dalam menetapkan keputusan.”
Watlu mā ūḥiya ilaika min kitābi rabbik(a), lā mubaddila likalimātih(ī), wa lan tajida min dūnihī multaḥadā(n).
Bacakanlah
(Nabi Muhammad) apa yang diwahyukan kepadamu, yaitu Kitab Tuhanmu
(Al-Qur’an). Tidak ada yang dapat mengubah kalimat-kalimat-Nya dan
engkau tidak akan dapat menemukan tempat berlindung selain kepada-Nya.
Waṣbir
nafsaka ma‘al-lażīna yad‘ūna rabbahum bil-gadāti wal-‘asyiyyi yurīdūna
wajhahū wa lā ta‘du ‘aināka ‘anhum, turīdu zīnatal-ḥayātid-dun-yā, wa lā
tuṭi‘ man agfalnā qalbahū ‘an żikrinā wattaba‘a hawāhu wa kāna amruhū
furuṭā(n).
Bersabarlah
engkau (Nabi Muhammad) bersama orang-orang yang menyeru Tuhannya pada
pagi dan petang hari dengan mengharap keridaan-Nya. Janganlah kedua
matamu berpaling dari mereka karena mengharapkan perhiasan kehidupan
dunia. Janganlah engkau mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan
dari mengingat Kami serta menuruti hawa nafsunya dan keadaannya
melewati batas.
Wa
qulil-ḥaqqu mir rabbikum, faman syā'a falyu'miw wa man syā'a falyakfur,
innā a‘tadnā liẓ-ẓālimīna nārā(n), aḥāṭa bihim surādiquhā, wa iy
yastagīṡū yugāṡū bimā'in kal-muhli yasywil-wujūh(a), bi'sasy-syarāb(u),
wa sā'at murtafaqā(n).
Katakanlah
(Nabi Muhammad), “Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu. Maka, siapa
yang menghendaki (beriman), hendaklah dia beriman dan siapa yang
menghendaki (kufur), biarlah dia kufur.” Sesungguhnya Kami telah
menyediakan neraka bagi orang-orang zalim yang gejolaknya mengepung
mereka. Jika mereka meminta pertolongan (dengan meminta minum), mereka
akan diberi air seperti (cairan) besi yang mendidih yang menghanguskan
wajah. (Itulah) seburuk-buruk minuman dan tempat istirahat yang paling
jelek.
Ulā'ika
lahum jannātu ‘adnin tajrī min taḥtihimul-anhāru yuḥallauna fīhā min
asāwira min żahabiw wa yalbasūna ṡiyāban khuḍram min sundusiw wa
istabraqim muttaki'īna fīhā ‘alal-arā'ik(i), ni‘maṡ-ṡawāb(u), wa ḥasunat
murtafaqā(n).
Mereka
itulah yang memperoleh surga ‘Adn yang mengalir di bawahnya
sungai-sungai. (Dalam surga itu) mereka diberi hiasan gelang emas dan
mereka memakai pakaian hijau dari sutra halus dan sutra tebal. Mereka
duduk-duduk sambil bersandar di atas dipan-dipan yang indah. (Itulah)
sebaik-baik pahala dan tempat istirahat yang indah.
Waḍrib
lahum maṡalar rajulaini ja‘alnā li'aḥadihimā jannataini min a‘nābiw wa
ḥafafnāhumā binakhliw wa ja‘alnā bainahumā zar‘ā(n).
Berikanlah
(Nabi Muhammad) kepada mereka sebuah perumpamaan, yaitu dua orang
laki-laki. Kami berikan kepada salah satunya (yang kufur) dua kebun
anggur. Kami kelilingi kedua kebun itu dengan pohon-pohon kurma dan Kami
buatkan ladang di antara kedua (kebun) itu.
Wa kāna lahū ṡamar(un), fa qāla liṣāḥibihī wa huwa yuḥāwiruhū ana akṡaru minka mālaw wa a‘azzu nafarā(n).
Dia
(orang kafir itu) juga memiliki kekayaan besar. Dia lalu berkata kepada
kawannya (yang beriman) ketika bercakap-cakap dengannya, “Hartaku lebih
banyak daripada hartamu dan pengikutku lebih kuat.”
Wa dakhala jannatahū wa huwa ẓālimul linafsih(ī), qāla mā aẓunnu an tabīda hāżihī abadā(n).
Dia
memasuki kebunnya dengan sikap menzalimi dirinya sendiri (karena angkuh
dan kufur). Dia berkata, “Aku kira kebun ini tidak akan binasa
selama-lamanya,
Wa mā aẓunnus-sā‘ata qā'imataw wa la'ir rudittu ilā rabbī la'ajidanna khairam minhā munqalabā(n).
aku
kira hari Kiamat tidak akan datang dan sekiranya aku dikembalikan
kepada Tuhanku, pasti aku akan mendapat tempat kembali yang lebih baik
daripada ini.”
Qāla lahū ṣāḥibuhū wa huwa yuḥāwiruhū akafarta bil-lażī khalaqaka min turābin ṡumma min nuṭfatin ṡumma sawwāka rajulā(n).
Kawannya
(yang beriman) berkata kepadanya ketika bercakap-cakap dengannya,
“Apakah engkau ingkar kepada (Tuhan) yang menciptakanmu dari tanah,
kemudian dari setetes air mani, lalu Dia menjadikan engkau seorang
laki-laki yang sempurna?
Wa lau lā iż dakhalta jannataka qulta mā syā'allāh(u), lā quwwata illā billāh(i), in tarani ana aqalla minka mālaw wa waladā(n).
Mengapa
ketika engkau memasuki kebunmu tidak mengucapkan, “Mā syā’allāh, lā
quwwata illā billāh” (sungguh, ini semua kehendak Allah. Tidak ada
kekuatan apa pun kecuali dengan [pertolongan] Allah). Jika engkau anggap
harta dan keturunanku lebih sedikit daripadamu,
Fa ‘asā rabbī ay yu'tiyani khairam min jannatika wa yursila ‘alaihā ḥusbānam minas-samā'i fa tuṣbiḥa ṣa‘īdan zalaqā(n).
mudah-mudahan
Tuhanku akan memberikan kepadaku (kebun) yang lebih baik daripada
kebunmu (ini) dan mengirimkan petir dari langit ke kebunmu sehingga
(kebun itu) menjadi tanah yang licin
Wa
uḥīṭa biṡamarihī fa aṣbaḥa yuqallibu kaffaihi ‘alā mā anfaqa fīhā wa
hiya khāwiyatun ‘alā ‘urūsyihā wa yaqūlu yā laitanī lam usyrik birabbī
aḥadā(n).
Harta
kekayaannya dibinasakan, lalu dia membolak-balikkan kedua telapak
tangannya (tanda sangat menyesal) terhadap apa yang telah dia belanjakan
untuk itu, sedangkan pohon anggur roboh bersama penyangganya dan dia
berkata, “Aduhai, seandainya saja dahulu aku tidak mempersekutukan
sesuatu pun dengan Tuhanku.”
Waḍrib
lahum maṡalal-ḥayātid-dun-yā kamā'in anzalnāhu minas-samā'i fakhtalaṭa
bihī nabātul-arḍi fa aṣbaḥa hasyīman tażrūhur-riyāḥ(u), wa kānallāhu
‘alā kulli syai'im muqtadirā(n).
Buatkanlah
untuk mereka (umat manusia) perumpamaan kehidupan dunia ini, yaitu
ibarat air (hujan) yang Kami turunkan dari langit sehingga menyuburkan
tumbuh-tumbuhan di bumi, kemudian (tumbuh-tumbuhan) itu menjadi kering
kerontang yang diterbangkan oleh angin. Allah Maha Kuasa atas segala
sesuatu.
Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia, sedangkan amal kebajikan yang abadi (pahalanya)448) adalah lebih baik balasannya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.
Catatan Kaki
448) Di antara contoh amal kebajikan yang abadi pahalanya adalah melaksanakan rukun Islam dengan benar dan membaca tasbih, tahmid, dan zikir-zikir lainnya.
Wa yauma nusayyirul-jibāla wa taral-arḍa bārizah(tan), wa ḥasyarnāhum falam nugādir minhum aḥadā(n).
(Ingatlah)
pada hari (ketika) Kami perjalankan gunung-gunung (untuk dihancurkan)
dan engkau melihat bumi itu rata. Kami kumpulkan mereka (seluruh
manusia) dan tidak Kami tinggalkan seorang pun dari mereka.
Wa ‘uriḍū ‘alā rabbika ṣaffā(n), laqad ji'tumūnā kamā khalaqnākum awwala marratim bal za‘amtum allan naj‘ala lakum mau‘idā(n).
Mereka
(akan) dibawa ke hadapan Tuhanmu dengan berbaris. (Allah berfirman,)
“Sungguh, kamu telah datang kepada Kami, sebagaimana Kami menciptakan
kamu pada pertama kali. Bahkan kamu menganggap bahwa Kami tidak akan
menetapkan bagimu waktu (berbangkit untuk memenuhi) perjanjian.”
Wa
wuḍi‘al-kitābu fa taral-mujrimīna musyfiqīna mimmā fīhi wa yaqūlūna yā
wailatanā mā lihāżal-kitābi lā yugādiru ṣagīrataw wa lā kabīratan illā
aḥṣāhā, wa wajadū mā ‘amilū ḥaḍirā(n), wa lā yaẓlimu rabbuka aḥadā(n).
Diletakkanlah
kitab (catatan amal pada setiap orang), lalu engkau akan melihat orang
yang berdosa merasa ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya.
Mereka berkata, “Betapa celaka kami, kitab apakah ini, tidak
meninggalkan yang kecil dan yang besar, kecuali mencatatnya.” Mereka
mendapati (semua) apa yang telah mereka kerjakan (tertulis). Tuhanmu
tidak menzalimi seorang pun.
Wa
iż qulnā lil-malā'ikatisjudū li'ādama fa sajadū illā iblīs(a), kāna
minal-jinni fa fasaqa ‘an amri rabbih(ī), afa tattakhiżūnahū wa
żurriyyatahū auliyā'a min dūnī wa hum lakum ‘aduww(un), bi'sa
liẓ-ẓālimīna badalā(n).
(Ingatlah)
ketika Kami berfirman kepada para malaikat, “Sujudlah kamu semua kepada
Adam!” Mereka pun sujud, tetapi Iblis (enggan). Dia termasuk (golongan)
jin, kemudian dia mendurhakai perintah Tuhannya. Pantaskah kamu
menjadikan dia dan keturunannya sebagai penolong449) selain Aku, padahal mereka adalah musuhmu? Dia (Iblis) seburuk-buruk pengganti (Allah) bagi orang-orang zalim.
Mā asyhattuhum khalqas-samāwāti wal-arḍi wa lā khalqa anfusihim, wa mā kuntu muttakhiżal-muḍillīna ‘aḍudā(n).
Aku
tidak menghadirkan mereka (Iblis dan anak cucunya) untuk menyaksikan
penciptaan langit dan bumi, tidak (pula) penciptaan diri mereka sendiri.
Aku tidak menjadikan mereka yang telah menyesatkan itu sebagai
penolong.
Wa yauma yaqūlu nādū syurakā'iyal-lażīna za‘amtum fa da‘auhum falam yastajībū lahum wa ja‘alnā bainahum maubiqā(n).
(Ingatlah)
pada hari (ketika) Dia berfirman, “Panggillah sekutu-sekutu-Ku yang
kamu anggap (dapat menyelamatkanmu dari siksaan-Ku).” Mereka lalu
memanggilnya, tetapi mereka (sekutu-sekutu itu) tidak membalas (seruan)
mereka. Kami jadikan di antara mereka (yang menyembah dan disembah)
tempat kebinasaan (neraka).
Wa laqad ṣarrafnā fī hāżal-qur'āni lin-nāsi min kulli maṡal(in), wa kānal-insānu akṡara syai'in jadalā(n).
Sungguh,
Kami telah menjelaskan segala perumpamaan dengan berbagai macam cara
dan berulang-ulang kepada manusia dalam Al-Qur’an ini. Akan tetapi,
manusia adalah (makhluk) yang paling banyak membantah.
Wa
mā mana‘an-nāsa ay yu'minū iż jā'ahumul-hudā wa yastagfirū rabbahum
illā an ta'tiyahum sunnatul-awwalīna au ya'tiyahumul-‘ażābu qubulā(n).
Tidak
ada yang menghalangi manusia untuk beriman ketika petunjuk telah datang
kepada mereka dan untuk memohon ampunan kepada Tuhannya, kecuali akan
datang kepada mereka ketetapan (Allah yang telah berlaku pada) umat yang
terdahulu atau datang kepada mereka azab yang nyata.450)
Catatan Kaki
450) Di antara bentuk siksaan Allah Swt. adalah yang tidak langsung diberikan kepada hamba-Nya yang berdosa, tetapi ditunda sesuai kehendak Allah Swt.
Wa
mā nursilul-mursalīna illā mubasysyirīna wa munżirīn(a), wa
yujādilul-lażīna kafarū bil-bāṭili liyudḥiḍū bihil-ḥaqqa wattakhażū
āyātī wa mā unżirū huzuwā(n).
Kami
tidak mengutus rasul-rasul melainkan sebagai pembawa kabar gembira dan
pemberi peringatan. (Akan tetapi,) orang-orang yang kufur membantah
dengan (cara) yang batil agar dengan itu mereka dapat melenyapkan
sesuatu yang hak (kebenaran). Mereka menjadikan ayat-ayat-Ku dan apa
yang diperingatkan terhadap mereka sebagai olok-olok.
Wa
man aẓlamu mimman żukkira bi'āyāti rabbihī fa a‘raḍa ‘anhā wa nasiya mā
qaddamat yadāh(u), innā ja‘alnā ‘alā qulūbihim akinnatan ay yafqahūhu
wa fī āżānihim waqrā(n), wa in tad‘uhum ilal-hudā falay yahtadū iżan
abadā(n).
Siapakah
yang lebih zalim daripada orang yang telah diperingatkan dengan
ayat-ayat Tuhannya, lalu dia berpaling darinya dan melupakan apa yang
telah dikerjakan oleh kedua tangannya? Sesungguhnya Kami telah
meletakkan penutup pada hati mereka, (sehingga mereka tidak) memahaminya
dan (meletakkan pula) sumbatan di telinga mereka. (Dengan demikian,)
kendatipun engkau (Nabi Muhammad) menyeru mereka kepada petunjuk,
niscaya mereka tidak akan mendapat petunjuk untuk selama-lamanya.
Wa
rabbukal-gafūru żur-raḥmah(ti), lau yu'ākhiżuhum bimā kasabū la‘ajjala
lahumul-‘ażāb(a), bal lahum mau‘idul lay yajidū min dūnihī mau'ilā(n).
Tuhanmu
Maha Pengampun lagi Maha Pemilik rahmat. Seandainya Dia hendak menyiksa
mereka karena perbuatan mereka, tentu Dia akan menyegerakan siksa bagi
mereka. Akan tetapi, bagi mereka ada waktu (untuk mendapat siksa) yang
mereka tidak akan menemukan tempat berlindung selain-Nya.
Wa iż qāla mūsā lifatāhu lā abraḥu ḥattā abluga majma‘al-baḥraini au amḍiya ḥuqubā(n).
(Ingatlah) ketika Musa berkata kepada pembantunya,451) “Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua laut atau aku akan berjalan (terus sampai) bertahun-tahun.”
Catatan Kaki
451) Menurut sebagian mufasir, pria itu bernama Yusya’ bin Nun, salah satu pembesar Bani Israil.
Ketika
mereka telah melewati (tempat itu), Musa berkata kepada pembantunya,
“Bawalah kemari makanan kita. Sungguh, kita benar-benar telah merasa
letih karena perjalanan kita ini.”
Qāla
ara'aita iż awainā ilaṣ-ṣakhrati fa innī nasītul-ḥūt(a), wa mā ansānīhu
illasy-syaiṭanu an ażkurah(ū), wattakhaża sabīlahū fil-baḥri ‘ajabā(n).
Dia
(pembantunya) menjawab, “Tahukah engkau ketika kita mencari tempat
berlindung di batu tadi, sesungguhnya aku lupa (bercerita tentang) ikan
itu dan tidak ada yang membuatku lupa untuk mengingatnya, kecuali setan.
(Ikan) itu mengambil jalannya ke laut dengan cara yang aneh.”
Fa wajadā ‘abdam min ‘ibādinā ātaināhu raḥmatam min ‘indinā wa ‘allamnāhu mil ladunnā ‘ilmā(n).
Lalu,
mereka berdua bertemu dengan seorang dari hamba-hamba Kami yang telah
Kami anugerahi rahmat kepadanya dari sisi Kami. Kami telah mengajarkan
ilmu kepadanya dari sisi Kami.452)
Catatan Kaki
452) Menurut mufasir, berdasarkan hadis, hamba di sini ialah Nabi Khidir a.s., dan yang dimaksud dengan rahmat ialah wahyu dan kenabian. Adapun yang dimaksud dengan ilmu ialah pengetahuan tentang hal gaib, seperti yang akan diterangkan dalam ayat-ayat selanjutnya.
Qāla lahū mūsā hal attabi‘uka ‘alā an tu‘allimani mimmā ‘ullimta rusydā(n).
Musa
berkata kepadanya, “Bolehkah aku mengikutimu agar engkau mengajarkan
kepadaku (ilmu yang benar) dari apa yang telah diajarkan kepadamu (untuk
menjadi) petunjuk?”
67
قَالَ اِنَّكَ لَنْ تَسْتَطِيْعَ مَعِيَ صَبْرًا
Qāla innaka lan tastaṭī‘a ma‘iya ṣabrā(n).
Dia menjawab, “Sesungguhnya engkau tidak akan sanggup bersabar bersamaku.
Kemudian,
berjalanlah keduanya, hingga ketika menaiki perahu, dia melubanginya.
Dia (Musa) berkata, “Apakah engkau melubanginya untuk menenggelamkan
penumpangnya? Sungguh, engkau telah berbuat suatu kesalahan yang besar.”
Kemudian,
berjalanlah keduanya, hingga ketika berjumpa dengan seorang anak, dia
membunuhnya. Dia (Musa) berkata, “Mengapa engkau membunuh jiwa yang
bersih bukan karena dia membunuh orang lain? Sungguh, engkau benar-benar
telah melakukan sesuatu yang sangat mungkar.”
Qāla in sa'altuka ‘an syai'im ba‘dahā falā tuṣāḥibnī, qad balagta mil ladunnī ‘użrā(n).
Dia
(Musa) berkata, “Jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu setelah
ini, jangan lagi engkau memperbolehkan aku menyertaimu. Sungguh engkau
telah mencapai batas (yang wajar dalam) memberikan uzur (maaf)
kepadaku.”
Fanṭalaqā,
ḥattā iżā atayā ahla qaryatinistaṭ‘amā ahlahā fa abau ay yuḍayyifūhumā
fa wajadā fīhā jidāray yurīdu ay yaqaḍḍa fa aqāmah(ū), qāla lau syi'ta
lattakhażta ‘alaihi ajrā(n).
Lalu,
keduanya berjalan, hingga ketika keduanya sampai ke penduduk suatu
negeri, mereka berdua meminta dijamu oleh penduduknya, tetapi mereka
tidak mau menjamu keduanya. Kemudian, keduanya mendapati dinding (rumah)
yang hampir roboh di negeri itu, lalu dia menegakkannya. Dia (Musa)
berkata, “Jika engkau mau, niscaya engkau dapat meminta imbalan untuk
itu.”
Dia
berkata, “Inilah (waktu) perpisahan antara aku dan engkau. Aku akan
memberitahukan kepadamu makna sesuatu yang engkau tidak mampu bersabar
terhadapnya.
Ammas-safīnatu
fa kānat limasākīna ya‘malūna fil-baḥri fa arattu an a‘ībahā, wa kāna
warā'ahum malikuy ya'khużu kulla safīnatin gaṣbā(n).
Adapun
perahu itu adalah milik orang-orang miskin yang bekerja di laut. Maka,
aku bermaksud membuatnya cacat karena di hadapan mereka ada seorang raja
(zalim) yang mengambil setiap perahu (yang baik) secara paksa.
Fa aradnā ay yubdilahumā rabbuhumā khairam minhu zakātaw wa aqraba ruḥmā(n).
Maka,
kami menghendaki bahwa Tuhan mereka menggantinya (dengan seorang anak
lain) yang lebih baik kesuciannya daripada (anak) itu dan lebih sayang
(kepada ibu bapaknya).
Wa
ammal-jidāru fa kāna ligulāmaini yatīmaini fil-madīnati wa kāna taḥtahū
kanzul lahumā wa kāna abūhumā ṣāliḥā(n), fa arāda rabbuka ay yablugā
asyuddahumā wa yastakhrijā kanzahumā raḥmatam mir rabbik(a), wa mā
fa‘altuhū ‘an amrī, żālika ta'wīlu mā lam tasṭī‘ ‘alaihi ṣabrā(n).
Adapun
dinding (rumah) itu adalah milik dua anak yatim di kota itu dan di
bawahnya tersimpan harta milik mereka berdua, sedangkan ayah mereka
adalah orang saleh. Maka, Tuhanmu menghendaki agar keduanya mencapai
usia dewasa dan mengeluarkan simpanannya itu sebagai rahmat dari
Tuhanmu. Aku tidak melakukannya berdasarkan kemauanku (sendiri). Itulah
makna sesuatu yang engkau tidak mampu bersabar terhadapnya.”
Ḥattā
iżā balaga magribasy-syamsi wajadahā tagrubu fī ‘ainin ḥami'atiw wa
wajada ‘indahā qaumā(n), qulnā yā żal-qarnaini immā an tu‘ażżiba wa immā
an tattakhiża fīhim ḥusnā(n).
Hingga ketika telah sampai ke tempat terbenamnya matahari,453)
dia mendapatinya terbenam di dalam mata air panas lagi berlumpur hitam.
Di sana dia menemukan suatu kaum (yang tidak mengenal agama). Kami
berfirman, “Wahai Zulqarnain, engkau boleh menghukum atau berbuat
kebaikan kepada mereka (dengan mengajak mereka beriman).”
Catatan Kaki
453) Sampai di pantai sebelah barat, tempat Zulqarnain melihat matahari sedang terbenam.
Qāla ammā man ẓalama fa saufa nu‘ażżibuhū ṡumma yuraddu ilā rabbihī fa yu‘ażżibuhū ‘ażāban nukrā(n).
Dia
(Zulqarnain) berkata, “Adapun orang yang berbuat zalim akan kami hukum.
Lalu, dia akan dikembalikan kepada Tuhannya. Kemudian, Dia mengazabnya
dengan azab yang sangat keras.
Wa ammā man āmana wa ‘amila ṣāliḥan fa lahū jazā'anil-ḥusnā, wa sanaqūlu lahū min amrinā yusrā(n).
Adapun
orang yang beriman dan beramal saleh mendapat (pahala) yang terbaik
sebagai balasan dan akan kami sampaikan kepadanya perintah kami yang
mudah-mudah.”
Hingga
ketika sampai di posisi terbitnya matahari (arah timur), dia
mendapatinya terbit pada suatu kaum yang tidak Kami buatkan suatu
pelindung bagi mereka dari (cahaya) matahari itu.454)
Catatan Kaki
454) Menurut sebagian mufasir, golongan yang ditemui Zulqarnain itu adalah umat yang miskin.
91
كَذٰلِكَۗ وَقَدْ اَحَطْنَا بِمَا لَدَيْهِ خُبْرًا
Każālik(a), wa qad aḥaṭnā bimā ladaihi khubrā(n).
Demikianlah (kisahnya). Sungguh, Kami mengetahui segala sesuatu yang ada padanya (Zulqarnain).
92
ثُمَّ اَتْبَعَ سَبَبًا
Ṡumma atba‘a sababā(n).
Kemudian, dia mengikuti suatu jalan (yang lain lagi).
Hingga
ketika sampai di antara dua gunung, dia mendapati di balik keduanya
(kedua gunung itu) suatu kaum yang hampir tidak memahami pembicaraan.455)
Catatan Kaki
455) Mereka tidak dapat memahami bahasa orang lain karena bahasa mereka sangat jauh bedanya dari bahasa yang lain dan mereka pun tidak dapat menerangkan maksud mereka dengan jelas karena kekurangcerdasan mereka.
Qālū
yā żal-qarnaini inna ya'jūja wa ma'jūja mufsidūna fil-arḍi fahal
naj‘alu laka kharjan ‘alā an taj‘alā bainanā wa bainahum saddā(n).
Mereka berkata, “Wahai Zulqarnain, sesungguhnya Ya’juj dan Ma’juj456)
adalah (bangsa) pembuat kerusakan di bumi, bolehkah kami memberimu
imbalan agar engkau membuatkan tembok penghalang antara kami dan
mereka?”
Catatan Kaki
456) Ya’juj dan Ma’juj ialah dua bangsa yang berbuat kerusakan di bumi.
Qāla mā makkannī fīhi rabbī fa a‘īnūnī biquwwatin aj‘al bainakum wa bainahum radmā(n).
Dia
(Zulqarnain) berkata, “Apa yang telah dikuasakan kepadaku oleh Tuhanku
lebih baik (daripada apa yang kamu tawarkan). Maka, bantulah aku dengan
kekuatan agar aku dapat membuatkan tembok penghalang antara kamu dan
mereka.
Berilah
aku potongan-potongan besi.” Hingga ketika (potongan besi) itu telah
(terpasang) sama rata dengan kedua (puncak) gunung itu, dia (Zulqarnain)
berkata, “Tiuplah (api itu).” Ketika (besi) itu sudah menjadi (merah
seperti) api, dia pun berkata, “Berilah aku tembaga (yang mendidih) agar
kutuangkan ke atasnya (besi panas itu).”
Qāla hāżā raḥmatum mir rabbī, fa iżā jā'a wa‘du rabbī ja‘alahū dakkā'(a), wa kāna wa‘du rabbī ḥaqqā(n).
Dia
(Zulqarnain) berkata, “(Tembok) ini adalah rahmat dari Tuhanku. Apabila
janji Tuhanku telah tiba, Dia akan menjadikannya hancur luluh. Janji
Tuhanku itu benar.”
Wa taraknā ba‘ḍahum yauma'iżiy yamūju fī ba‘ḍiw wa nufikha fiṣ-ṣūri fa jama‘nāhum jam‘ā(n).
Pada
hari itu Kami biarkan sebagian mereka (Ya’juj dan Ma’juj) berbaur
dengan sebagian yang lain. (Apabila) sangkakala ditiup (lagi), Kami
benar-benar akan mengumpulkan mereka seluruhnya.
Afaḥasibal-lażīna kafarū ay yattakhiżū ‘ibādī min dūnī auliyā'(a), innā a‘tadnā jahannama lil-kāfirīna nuzulā(n).
Maka, apakah orang-orang yang kufur mengira bahwa mereka (dapat) mengambil hamba-hamba-Ku menjadi penolong selain Aku?457) Sesungguhnya Kami telah menyediakan (neraka) Jahanam sebagai tempat tinggal bagi orang-orang kafir.
Ulā'ikal-lażīna kafarū bi'āyāti rabbihim wa liqā'ihī fa ḥabiṭat a‘māluhum falā nuqīma lahum yaumal-qiyāmati waznā(n).
Mereka itu adalah orang-orang yang kufur terhadap ayat-ayat Tuhannya dan (kufur pula terhadap) pertemuan dengan-Nya.458) Maka, amal mereka sia-sia dan Kami tidak memberikan penimbangan terhadap (amal) mereka pada hari Kiamat.
Qul lau kānal-baḥru midādal likalimāti rabbī lanafidal-baḥru qabla an tanfada kalimāṭu rabbī wa lau ji'nā bimiṡlihī madadā(n).
Katakanlah
(Nabi Muhammad), “Seandainya lautan menjadi tinta untuk (menulis)
kalimat-kalimat Tuhanku, niscaya habislah lautan itu sebelum
kalimat-kalimat Tuhanku selesai (ditulis) meskipun Kami datangkan
tambahan sebanyak itu (pula).”
Katakanlah
(Nabi Muhammad), “Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti
kamu yang diwahyukan kepadaku bahwa Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha
Esa.” Siapa yang mengharapkan pertemuan dengan Tuhannya hendaklah
melakukan amal saleh dan tidak menjadikan apa dan siapa pun sebagai
sekutu dalam beribadah kepada Tuhannya.
Traktir creator minum kopi dengan cara memberi sedikit donasi. Silahkan Pilih Metode Pembayaran